Sebuah Tanya
“akhirnya
semua akan tiba
pada suatu
hari yang biasa
pada suatu
ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau
masih berbicara selembut dahulu?
memintaku
minum susu dan tidur yang lelap?
sambil
membenarkan letak leher kemejaku”
kabut tipis
pun turun pelan-pelan di lembah kasih,
lembah Mandalawangi
kau dan aku
tegak berdiri,
melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi
belaian angin yang menjadi dingin
“apakah kau
masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku
dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
lampu-lampu
berkelipan di jakarta yang sepi,
kota kita berdua,
yang tua dan terlena dalam
mimpinya.
kau dan aku berbicara.
tanpa kata, tanpa suara ketika
malam yang
basah menyelimuti jakarta kita
“apakah kau
masih akan berkata, kudengar derap jantungmu.
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali
dalam cinta?”
haripun
menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram.
wajah2 yang tidak kita kenal
berbicara
dalam bahasa yang tidak kita mengerti.
seperti kabut pagi itu
“manisku,
aku akan jalan terus
membawa
kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”
Mandalawangi-Pangrango
Senja ini,
ketika matahari turun ke dalam jurang-jurang mu
aku datang
kembali
kedalam
ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu
walaupun
setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara
padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku
terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima
daku
aku cinta
padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu
adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu
adalah misteri segala
cintamu dan
cintaku adalah kebisuan semesta
malam itu
ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali
Dan bicara
padaku tentang kehampaan semua
“hidup
adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya “tanpa kita mengerti,
tanpa kita
bisa menawar
‘terimalah
dan hadapilah
dan antara
ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
aku terima
ini semua
melampaui
batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu
aku cinta
padamu Pangrango
karena aku
cinta pada keberanian hidup
Jakarta
19-7-1966
Masyarakat
Borjuis
ditulis saat
Soe Hok Gie berumur 18 thn.
Ada suatu
yang patut ditangisi
Aku kira kau
pun tahu
Masyarakatmu,
masyarakat borjuis
Tiada
kebenaran disana
Dan kalian
selalu menghindarinya
Aku selalu
serukan (dalam hati tentu)
”Wahai, kaum
proletar sedunia”
Berdoalah
untuk masyarakat borjuis.
Ada golongan
yang tercampak dari kebenaran
Dan berdiri
atas nilai kepalsuan
Aku kira,
tiada bahagia disana
Sebab tiada
kasih, kebenaran dan keindahan
Dalam
kepalsuan
Aku akan
selalu berdoa baginya
(aku sendiri
tak percaya pada doa, maaf)
Aku kira
anda tiada kenal kasih
(Nafsu tentu
ada)
Apakah
bernilai dengan uang
Dan padamu,
kawan
Semua adalah
uang, perhitungan saldo
Tiada yang
indah dalam kepalsuan
(Engkau
tentu yakin?)
Di sinilah a
moral ditutup oleh a moral
Di sinilah
tabir-tabir yang terlihat
Dan
seringkali aku bersepeda sore-sore
Bertemu
dengan gadismu (borjuis pula)
Aku begitu
sedih dan kasih
Aku begitu
sedih dan kasih
Ya, Tuhan
(aku tak percaya Tuhan)
Berilah
mereka kebenaran
Aku tahu
Gadis cantik
di mobil, bergaun abu-abu
Tapi bagiku
tiada apa.
Pesan
Hari ini aku
lihat kembali
Wajah-wajah
halus yang keras
Yang
berbicara tentang kemerdekaaan
Dan
demokrasi
Dan
bercita-cita
Menggulingkan
tiran
Aku
mengenali mereka
yang tanpa
tentara
mau
berperang melawan diktator
dan yang
tanpa uang
mau
memberantas korupsi
Kawan-kawan
Kuberikan
padamu cintaku
Dan maukah
kau berjabat tangan
Selalu dalam
hidup ini?
(puisi Soe
Hok Gie, dari harian Sinar Harapan 18 Agustus 1973)
(untitled)
Ada orang
yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah,
Ada orang
yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza,
Tapi aku
ingin menghabiskan waktu ku disisi mu sayang ku
Bicara
tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang
bunga-bunga yang manis di lembah mandala wangi
Ada
serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danau
Ada
bayi-bayi yang lapar di Biafra
Tapi aku
ingin mati disisi mu manisku
Setelah kita
bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang
tujuan hidup yang tidak satu setan pun tahu
Mari sini
sayangku
Kalian yang
pernah mesra Yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke
langit luas atau awan yang mendung
Kita tak
pernah menanamkan apa-apa
Kita takkan
pernah kehilangan apa-apa
Nasib
terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
Yang kedua
dilahirkan tapi mati muda
Dan yang
tersial adalah berumur tua
Berbahagialah
mereka yang mati muda
Mahluk kecil
kembalilah dari tiada ke tiada
Berbahagialah
dalam ketiadaanmu
(CSD,
Selasa, 11 November 1969 --> puisi terakhir Soe Hok Gie)
Hidup
Terasa pendeknya hidup memandang sejarah
Tapi terasa panjangnya karena derita
Maut tempat perhentian terakhir
Nikmat datangnya dan selalu diberi salam
By Soe Hok Gie 5-1-1962
Hidup
Terasa pendeknya hidup memandang sejarah
Tapi terasa panjangnya karena derita
Maut tempat perhentian terakhir
Nikmat datangnya dan selalu diberi salam
By Soe Hok Gie 5-1-1962
Best Online Slots in the Philippines - CasinoGrounds
BalasHapusFind the best online slot games betting in Philippines 프로즌 먹튀 at CasinoGrounds! 스포티비365 the 바퀴벌레 포커 slot game with a high 벳 익스 RTP and is one of the best
Harrah's Casino - MapyRO
BalasHapusFind the best hotels in 아산 출장안마 Harrah's Las Vegas, NV 정읍 출장마사지 with reviews, photos & 충주 출장안마 ratings. Save money with MapyRO and browse 울산광역 출장샵 Las Vegas hotels reviews and 제주 출장샵